Jakarta, 18 Juni 2025 — Dunia maya dihebohkan dengan kabar menggembirakan dari dunia pendidikan Indonesia. Seorang bocah berusia 12 tahun asal Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), berhasil meraih medali emas dalam ajang bergengsi Olimpiade Sains Dunia 2025 yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang.
Namanya Agustinus Pah, siswa kelas VI dari SD Inpres Waingapu. Dengan keterbatasan fasilitas dan akses belajar yang minim, Agustinus berhasil menyingkirkan peserta dari negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Perjalanan Inspiratif dari Timur Indonesia
Agustinus tinggal di desa kecil tanpa akses internet yang stabil dan hanya belajar menggunakan buku-buku lama sumbangan relawan. Namun semangat belajarnya tidak pernah surut. Sang ibu, Maria Pah (38), mengatakan bahwa Agustinus selalu membaca di bawah cahaya lampu pelita karena listrik sering padam.
“Dia bilang mau bikin orang Sumba bangga, dan bawa nama Indonesia ke dunia,” ujar Maria, terisak haru.
Prestasinya mulai terlihat saat ia meraih juara pertama dalam lomba sains tingkat provinsi. Kemudian, melalui seleksi nasional oleh Kementerian Pendidikan, ia lolos sebagai satu dari lima perwakilan Indonesia ke Olimpiade Sains Dunia.
Soal Viral di TikTok dan Instagram
Kisah Agustinus menjadi viral setelah seorang guru pendamping, Bu Erna Yuliani, membagikan video singkat proses belajarnya di TikTok. Dalam video itu, Agustinus tampak sedang mengerjakan soal-soal rumit dengan latar rumah sederhana beratap seng. Video berdurasi 45 detik tersebut telah ditonton lebih dari 20 juta kali dalam waktu 48 jam.
“Orang ini jenius! Tapi tetap rendah hati. Indonesia harus lebih banyak anak seperti dia,” komentar akun @sainsviral.
Netizen ramai-ramai membuat tagar #BanggaAgustinus dan menggalang dana untuk membantu pendidikan Agustinus dan teman-temannya.
Kemenangan yang Menggetarkan Hati
Pada babak final Olimpiade Sains Dunia, Agustinus memecahkan soal logika fisika yang gagal dijawab oleh banyak peserta lain. Soal tersebut berkaitan dengan prinsip tekanan air dan daya angkat dalam desain alat penyaring air sederhana — sesuatu yang ternyata pernah ia pelajari secara otodidak karena desanya kekurangan air bersih.
Pihak panitia bahkan menyebut jawabannya “revolusioner dan kontekstual”, karena tidak hanya benar, tetapi juga praktis diterapkan di kehidupan nyata.
Respon Pemerintah dan Publik
Presiden Prabowo dalam akun resminya menyampaikan ucapan selamat kepada Agustinus:
“Kamu membuat kami semua bangga, Agustinus. Semoga kisahmu menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia.”
Kementerian Pendidikan juga berjanji akan membangun laboratorium mini dan perpustakaan digital di sekolah Agustinus sebagai bentuk apresiasi.
Faktor Dukungan Sosial dan Komunitas
Kisah Agustinus tidak lepas dari peran guru-gurunya yang aktif mencari beasiswa, relawan pendidikan dari komunitas lokal, dan organisasi sosial seperti “Lentera Timur” yang selama ini memberikan buku, alat belajar, dan pelatihan sains sederhana untuk anak-anak daerah.
“Ini kemenangan komunitas juga. Bukti bahwa gotong royong bisa melahirkan keajaiban,” ujar Andri Tumanduk, pendiri Lentera Timur.
Dampak Positif ke Daerah
Sejak kemenangan Agustinus, minat belajar di desa Waingapu meningkat drastis. Banyak anak yang ingin menjadi “Agustinus berikutnya”. Pemerintah daerah bahkan mencanangkan program “Satu Rumah Satu Buku” untuk mendorong budaya literasi di kalangan keluarga.
Sekolahnya juga mulai kedatangan donasi laptop, mikroskop, dan alat peraga sains dari masyarakat.
Apa Selanjutnya untuk Agustinus?
Meski baru lulus SD, Agustinus telah menerima tawaran beasiswa dari berbagai lembaga, termasuk Universitas Indonesia dan Tokyo Institute of Technology. Namun ia mengatakan belum ingin pindah dulu dari NTT.
“Saya ingin sekolah di sini dulu, ajak teman-teman saya belajar bareng. Supaya kita semua bisa maju,” ujarnya polos.
Penutup: Anak Desa, Jiwa Dunia
Kisah Agustinus Pah adalah bukti bahwa potensi luar biasa tidak hanya lahir di kota besar, tetapi bisa tumbuh dari desa kecil yang penuh semangat dan harapan. Di tengah keterbatasan, lahirlah inspirasi. Di balik kesederhanaan, terbit prestasi dunia.
Semoga Agustinus menjadi pelita bagi pendidikan Indonesia, dan memicu semangat anak-anak bangsa untuk terus bermimpi setinggi langit, dari mana pun mereka berasal.