banner 728x250

Gunung Bromo Kembali Ramai Dikunjungi Wisatawan

  • Bagikan
banner 468x60

Setelah lebih dari dua tahun mengalami penurunan drastis akibat pembatasan sosial dan penutupan kawasan wisata, Gunung Bromo kembali ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Gunung yang menjadi ikon wisata Jawa Timur ini kini kembali bergeliat. Panorama sunrise yang legendaris, lautan pasir yang luas, dan suasana khas Tengger kembali menjadi magnet bagi para pelancong yang haus akan petualangan alam terbuka.

Kembalinya Bromo ke peta wisata nasional menandai babak baru kebangkitan pariwisata Indonesia pasca pandemi. Masyarakat lokal, pelaku usaha wisata, hingga pengelola taman nasional menyambut gembira lonjakan wisatawan yang kini mulai berdatangan setiap akhir pekan.

Example 300x600

1. Antusiasme Wisatawan Usai Pembukaan Resmi

Sejak pemerintah resmi membuka kembali akses menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) beberapa bulan lalu, jumlah wisatawan terus meningkat signifikan. Data dari Balai Besar TNBTS mencatat rata-rata lebih dari 3.000 wisatawan per hari berkunjung ke kawasan Gunung Bromo pada akhir pekan. Angka ini mendekati kondisi normal sebelum masa pandemi.

Banyak wisatawan mengaku sudah lama menantikan momen ini. Mereka rindu menyaksikan matahari terbit dari Penanjakan, menjelajahi lautan pasir yang luas, dan menikmati udara dingin khas pegunungan. Beberapa agen perjalanan bahkan melaporkan peningkatan permintaan hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya.


2. Daya Tarik Gunung Bromo yang Tak Pernah Pudar

Gunung Bromo dikenal sebagai salah satu destinasi wisata paling memesona di Indonesia. Terletak di wilayah administratif empat kabupaten — Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang — gunung aktif ini memiliki tinggi 2.329 meter di atas permukaan laut.

Pesona utama Bromo adalah panorama alam yang menakjubkan. Saat fajar menyingsing, ribuan wisatawan memadati area Penanjakan untuk menyaksikan fenomena sunrise di atas lautan awan. Begitu matahari muncul dari balik horizon, langit berubah menjadi perpaduan warna oranye, ungu, dan merah muda yang menakjubkan.

Selain itu, hamparan lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan dapat menunggang kuda atau naik jip menuju kawah Bromo yang mengeluarkan asap putih alami. Kombinasi keindahan alam, budaya Tengger, dan sensasi petualangan menjadikan Gunung Bromo sebagai destinasi yang tidak pernah kehilangan pesonanya.


3. Suasana Baru Pasca Pembatasan: Lebih Tertib dan Ramah Lingkungan

Setelah masa pembatasan, pengelolaan kawasan Gunung Bromo mengalami sejumlah perbaikan signifikan. Pihak TNBTS kini menerapkan sistem pemesanan tiket online melalui situs resmi untuk membatasi jumlah pengunjung dan menjaga kelestarian lingkungan.

Setiap wisatawan diwajibkan mematuhi protokol kebersihan dan keselamatan, termasuk membawa kembali sampah masing-masing dan tidak mendekati area kawah aktif tanpa izin. Petugas juga lebih ketat dalam mengawasi aktivitas kendaraan jip agar tidak merusak vegetasi sekitar.

Peningkatan fasilitas juga terlihat jelas. Area parkir, pos pengamatan, dan jalur pendakian kini lebih tertata dan dilengkapi papan informasi digital. Beberapa warung dan penginapan lokal juga menerapkan sistem reservasi online untuk menampung lonjakan wisatawan yang ingin bermalam di sekitar Cemoro Lawang.


4. Dampak Ekonomi Bagi Masyarakat Lokal

Kembalinya keramaian di Gunung Bromo membawa angin segar bagi masyarakat sekitar, terutama bagi warga suku Tengger yang tinggal di lereng gunung. Setelah lama mengalami penurunan pendapatan akibat sepinya wisatawan, kini mereka kembali aktif berjualan, menyewakan kuda, serta membuka penginapan dan jasa transportasi jeep.

Seorang warga Desa Ngadisari, Probolinggo, mengungkapkan bahwa pendapatannya kini meningkat hingga tiga kali lipat dibanding masa pandemi. “Alhamdulillah, Bromo ramai lagi. Kami bisa jualan kopi panas dan makanan ringan buat wisatawan setiap pagi,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain sektor kuliner dan penginapan, usaha fotografi, pemandu wisata, hingga penyewaan pakaian hangat juga kembali bergairah. Keberadaan wisatawan domestik maupun mancanegara memberi efek domino terhadap perekonomian daerah.


5. Cerita Wisatawan: Rindu Sunrise Bromo

Bagi banyak orang, Gunung Bromo bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga tempat penuh kenangan. Banyak wisatawan yang mengaku datang kembali karena rindu suasana khas Bromo.

Seorang traveler asal Bandung menuturkan, “Saya sudah tiga kali ke Bromo, tapi rasanya selalu berbeda. Saat sunrise muncul, semua rasa lelah langsung hilang. Ini salah satu pemandangan terbaik di Indonesia.”

Ungkapan serupa juga datang dari wisatawan mancanegara asal Belanda. Ia mengatakan, “Bromo is magical. The sea of sand, the sunrise, the people — everything feels alive again after the lockdown.”


6. Tips Mengunjungi Gunung Bromo Pasca Pembatasan

Bagi wisatawan yang berencana mengunjungi Gunung Bromo dalam waktu dekat, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar perjalanan aman dan nyaman:

  1. Pesan tiket secara online. Kunjungi situs resmi TNBTS untuk memastikan kuota masih tersedia.

  2. Datang lebih awal. Waktu terbaik tiba di Penanjakan adalah sekitar pukul 03.00 agar tidak kehabisan tempat untuk menikmati sunrise.

  3. Gunakan pakaian hangat. Suhu di kawasan Bromo bisa mencapai 5°C pada dini hari.

  4. Bawa masker dan pelindung wajah. Pasir halus di lautan pasir bisa terbawa angin dan mengganggu pernapasan.

  5. Gunakan jasa lokal. Dukung ekonomi warga sekitar dengan menyewa jeep atau membeli produk lokal.

  6. Jaga kebersihan. Jangan meninggalkan sampah dan hormati adat setempat.

Dengan mengikuti tips ini, pengalaman wisata di Bromo akan lebih berkesan dan ramah lingkungan.


7. Kegiatan Menarik di Sekitar Gunung Bromo

Selain menyaksikan sunrise dan menjelajahi kawah, wisatawan juga dapat melakukan berbagai kegiatan menarik di sekitar Gunung Bromo, seperti:

  • Berfoto di Bukit Teletubbies, hamparan padang rumput hijau yang menjadi latar favorit fotografer.

  • Menjelajahi Pura Luhur Poten, tempat ibadah suku Tengger yang menjadi pusat kegiatan adat seperti Yadnya Kasada.

  • Berkemah di area Mentigen atau Cemoro Lawang, untuk menikmati langit malam berbintang.

  • Menikmati kuliner khas Tengger, seperti sate kelinci, jagung bakar, dan wedang jahe hangat.

  • Menyaksikan festival budaya Kasada, ritual tahunan di mana warga Tengger melemparkan hasil bumi ke kawah Bromo sebagai ungkapan syukur.


8. Harapan Pemerintah dan Pengelola TNBTS

Pemerintah daerah bersama pengelola TNBTS berharap agar meningkatnya jumlah wisatawan tidak hanya membawa dampak ekonomi, tetapi juga kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam.

Kepala Balai Besar TNBTS menyampaikan bahwa mereka tengah menyiapkan program eco-tourism yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan. Setiap wisatawan diharapkan ikut menjaga kebersihan dan tidak meninggalkan jejak negatif.

Selain itu, beberapa program edukatif seperti pendidikan konservasi dan penanaman pohon juga mulai digalakkan, bekerja sama dengan komunitas pendaki dan relawan pecinta alam.


9. Kesimpulan: Bromo Bangkit, Pariwisata Tumbuh

Kembalinya keramaian di Gunung Bromo menjadi simbol optimisme bagi dunia pariwisata Indonesia. Gunung yang dikenal dengan keindahan sunrise dan lautan pasirnya ini kembali menebar pesona, menarik ribuan wisatawan untuk datang dan menikmati keagungan alam.

Dengan pengelolaan yang lebih baik, fasilitas modern, serta kesadaran tinggi dari wisatawan dan masyarakat lokal, Bromo kini bukan hanya tempat wisata, tetapi juga contoh nyata bagaimana alam dan manusia dapat hidup berdampingan dalam harmoni.

Gunung Bromo kembali ramai dikunjungi wisatawan — dan kali ini, semoga untuk waktu yang lama.

Jangan lupa membaca artikel viral lainya.

banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *